Oleh: Dr. Rhenald Kasali
Sumber: https://esprito.wordpress.com/2011/04/17/hedonic-treadmill-by-dr-rhenald-kasali/
Suatu hari seorang wartawan
senior menawarkan saya untuk berkunjung ke rumah seorang mantan pejabat tinggi.
Katanya, mantan pejabat ini senang memelihara tanaman langka, menyatu dengan
alam, dan dikelilingi suasana desa.
Di kawasannya yang luas dan
asri, ada rumah bacanya. Namun sewaktu saya tanya, siapa yang menjadi tujuan
diadakannya rumah baca yang indah itu,teman saya mengatakan dengan datar, “Ya
untuk si bapak itu sendiri”. Banyak pertanyaan muncul dalam pikiran saya
mengapa rumah baca yang mengoleksi karya-karya bermutu hanya dinikmati seorang
diri? Bukankah di masa kecil kita semua pernah merasakan betapa indahnya dunia
ini dari buku-buku cerita yang kita lihat di perpustakaan yang dinikmati banyak
orang, bukan seorang diri.
Tetapi,saya lebih terhenyak lagi
saat diceritakan,bapak ini juga kolektor lebih dari 100 mobil bagus dan semua
ini hanya untuk dinikmati seorang diri. Saya jadi teringat cerita seorang teman
yang bekerja sebagai direktur pada salah satu agen tunggal pemegang merek
(ATPM) yang menyediakan dirinya mengantar ”upeti” berupa mobil pemberian
seorang pengusaha ke rumah pejabat itu. Oleh ibu pejabat,saat mobil diserahkan,
dia diberi amplop sebesar Rp10.000. Sampai sekarang dia masih menyimpan tips
dari ibu pejabat sebagai kenang-kenangan yang dia bingkai di ruang kerjanya
karena seumur-umur, baru kali itu dia disangka sopir. Apa yang dialami bapak
tua mantan pejabat yang mulai kesepian tadi sebenarnya tidak berbeda dengan
orang-orang yang namanya banyak disebut media massa belakangan ini. Beberapa mantan petugas pajak yang
sedang beristirahat di rumah tahanan, seorang bidadari cantik yang tengah
diperiksa polisi karena menggelapkan dana nasabah, para pengurus partai politik
yang sedang diperiksa KPK, pengurus organisasi sepak bola yang baru diturunkan
oleh rakyat, dan seterusnya.
Nama-nama mereka sengaja tidak
saya sebutkan supaya tidak memberi ruang pekerjaan pada para pengacara yang
senang mengancam dan gemar mengirimkan saya somasi. Maaf, kali ini pekerjaan
Anda sedang tidak dibutuhkan. Bersama-sama dengan pengacara- pengacara hedonis
yang senang pamer kekayaan dan kekuasaan, mereka semua sedang melewati fase yang
disebut Brickman & Campbell dan psikolog Inggris, Michael Eysenck, sebagai
ban berjalan hedonisme.
Perbudakan terhadap materi
membuat mereka yang terperangkap di sana mengalami kesulitan menggenggam kebahagiaan. Apa yang
mereka dapatkan membuat sulit berhenti berlari di atas mesin treadmill yang
bergerak semakin cepat. Kadang saya tak habis berpikir, bagaimana mungkin mobil
semewah dan secepat lari Ferrari bisa mempunyai pasar di sebuah kota yang lalu lintasnya padat merayap seperti Jakarta ? Tetapi, seorang bidadari yang bekerja sebagai client
service pada sebuah bank asing berupaya keras membelinya.
Tidak hanya satu, tapi dua.
Teori ban berjalan hedonisme (hedonic treadmill) atau biasa dikenal sebagai
hedonic adaptation theory menemukan, manusia-manusia yang terperangkap di sana hanya akan terpuaskan sementara. Dan dengan cepat mereka
akan segera jenuh. Apa yang
sudah dicapai itu hanya akan membahagiakan maksimal selama tiga bulan. Setelah
itu mereka akan mencari lagi materi atau kekuasaan yang lebih besar. Namun, itu
pun tak berlangsung lama.
Ban berjalan bergerak terus,
melaju, dan melaju. Seperti ekstasi, menuntut Anda memuaskannya. Dari mencuri
hanya beberapa juta rupiah, sampai Rp1 miliar, lalu puluhan, hingga ratusan
miliar, dan triliunan rupiah. Kebahagiaan materi dikejar, tak ada hentinya, barangbarang
yang semula Anda upayakan dengan bersusah payah, kini tak lagi mampu membuat Anda
bahagia. Anda pun memerlukan materi-materi yang lebih besar dan lebih bertenaga
lagi untuk menumbuhkan semangat kebahagiaan. Tetapi, setelah didapat, Anda
begitu cepat terpuaskan. Anda beradaptasi begitu cepat.
Berbagi Sumber Kebahagiaan
Akhir tahun lalu sejumlah
peneliti menemukan hasil penelitian lain yang dianggap melengkapi teori ini. Berdasarkan
studi longitudinal terhadap 60.000 responden di Jerman, para peneliti menemukan
tingkat kebahagiaan dan kepuasan manusia dewasa memang dapat berubah-ubah
sepanjang tahun. Namun, apa yang membuat kebahagiaan mereka naik atau turun
ternyata cukup menarik untuk direnungi oleh Anda yang sibuk mengejar materi.
Responden orang-orang dewasa berusia antara 25-64 tahun yang diikuti selama 20
tahun itu mengalami pasang surut kebahagiaan.
Dan kebahagiaan itu ternyata
bukan ditentukan oleh punya atau tidak punya materi, melainkan ditentukan oleh
karakter dari partner Anda, tujuan kehidupan yang Anda pilih, prioritas hidup,
gap antara bekerja dan menikmati, dan adopsi terhadap gaya hidup sosial. Ini berarti kebahagiaan Anda sangat
ditentukan oleh seperti apa orang yang menjadi pendamping Anda, bukan oleh luas
tanah, jenis, dan jumlah mobil yang bisa dimiliki, atau kekayaan lain.
Semakin bermasalah pasangan
Anda, semakin terganggu kebahagiaan Anda. Namun, yang lebih penting lagi
sebenarnya adalah prioritas personal yang Anda ambil dari keberadaan materi
yang Anda kumpulkan. Apakah materi-materi dicari semata-mata untuk dinikmati
sendiri atau untuk dinikmati banyak orang? Menjadikan benda-benda duniawi
sebagai koleksi pribadi dan cerminan prestasi diri dapat cepat membuat Anda
merasa bosan dan kembali tidak puas.
Orang-orang yang bisa berbagi
dan berorientasi hidup pada kebahagiaan orang lain akan lebih berbahagia. Sama
halnya dengan gap antara bekerja dan menikmati. Sepanjang jarak antara waktu
yang dimiliki begitu kecil, semua yang didapat akan menjadi sia-sia.
Orang-orang yang berbahagia adalah orang yang mempunyai waktu untuk bekerja dan
menikmatinya. Bila gap-nya kurang dari tiga jam, Anda bisa-bisa terperangkap
pada hedonic treadmill.
Jadi, buat apa bersusah payah
memiliki vila di daerah sejuk, perpustakaan pribadi yang lengkap,
rumah dengan kolam renang yang luas, atau dua Ferrari jika tidak pernah memberi
kebahagiaan tiada henti? Bukankah memperbaiki sepuluh rumah orang miskin atau
memberi beasiswa pada kaum duafa lebih membahagiakan ketimbang hanya melihat
benda mati teronggok diam di garasi? Juga lebih membahagiakan membuat
perpustakaan yang dibaca banyak kanak-kanak daripada hanya membuat kita
kesepian dan ketakutan buku dicuri orang?
HENALD KASALI
Ketua Program MM UI