Rabu, 31 Desember 2014

Hari Pasaran Jadi Puncak Keramaian Pasar Tradisional

Aandaikan saja teman-teman salah... dalam menentukan hari pasaran di suatu desa tertentu, teman-teman akan menemukan pasar yang kosong... itu dulu. 

Andaikan teman-teman salah setting jam indikator makert-hours atau sessions... maka...

Simak cuplikan di bawah ini:

Mengetahui kapan sebuah Forex Market itu buka atau tutup akan membantu kita untuk melihat kecenderungan transaksi-transaksi yang dilakukan pelaku pasar di setiap Market Session. Informasi ini sangat penting tetapi seringkali banyak analis pemula mengabaikannya. Padahal dengan mengamati pergerakan harga yang terjadi terhadap nilai harga Open (Harga Pembukaan) di setiap Market Session kita secara langsung dapat mengetahui kemana kecenderungan arah pergerakan harga yang terjadi saat ini.

Itu PRINSIP KEDUA dari "5 Prinsip Dasar Menganalisa Pergerakan Harga Ala KG".

sekarang... simak tulisan di bawah ini dengan seksama... dan fikirkanlah hal-hal penting dari setting yang benar (jangan saah setting) dari indikator makert-hours atau sessions dalam trading forex!

Sumber: http://tembi.net/yogyakarta-yogyamu/hari-pasaran-jadi-puncak-keramaian-pasar-tradisional
              
Keberadaan mall, minimarket, dan toko modern ternyata tidak dengan serta merta menghapus pasar tradisional. Masih ada cukup banyak pasar tradisional di Indonesia, termasuk juga di Yogyakarta. Pasar-pasar tradisional ini tersebar luas di berbagai daerah, khususnya di kabupaten-kabupaten. Sedangkan pasar-pasar tradisional di kota umumnya telah mendapatkan sentuhan modernisasi berupa perbaikan bangunan dan infrastruktur lain sehingga tampilan pasar tradisional yang demikian itu lebih terkesan rapi, bersih, tidak kumuh, dan tidak semrawut.

Banyak pasar tradisional di Yogyakarta yang secara resmi beraktivitas besar di hari-hari tertentu yang oleh orang Jawa disebut sebagai hari pasaran yang bersiklus 5 hari. Hari-hari pasaran tersebut ialah Pon, Pahing, Wage, Kliwon, Legi. Demikian terus bersiklus seperti hari Senin-Minggu.

Pada lokasi-lokasi tertentu pasar tradisional tersebut secara resmi hanya buka di hari pasaran Kliwon, Pahing, Wage, Pon, atau Legi. Pasar-pasar yang buka atau beraktivitas di hari-hari tertentu tersebut misalnya Pasar Bantul, Pasar Godean, Pasar Sleman, Pasar Cebongan, Pasar Prambanan, Pasar Gede Kotagede, dan sebagainya.

Mula-mula pasar-pasar tersebut memang hanya buka atau beraktivitas di hari tertentu (hari pasaran mereka). Namun dalam perkembangannya pasar-pasar tersebut tetap buka setiap hari. Hanya saja di luar hari pasaran kegiatannya tidak seramai di hari pasaran.

Pada hari pasaran, pasar-pasar tersebut bisa dikatakan penuh orang berjual beli. Untuk pasaran Kliwon yang menjadi hari pasaran Pasar Bantul, maka di hari itu pasar tersebut seperti dijejali kerumunan manusia. Tidak hanya di dalam kompleks pasarnya saja, namun hingga jalan-jalan atau gang di sekitar lokasi pasar. Demikian pun jika hari pasaran Pon yang menjadi hari pasaran Pasar Godean, maka di hari itu pun Pasar Godean penuh dengan manusia. Tidak lepas juga dengan pasar-pasar lain seperti yang telah disebutkan di atas.

Hari pasaran untuk pasar-pasar tradisional itu terjadi karena di zaman dulu kebutuhan orang untuk beraktivitas jual beli tidak perlu dilakukan setiap hari. Pembelanjaan uang untuk pemenuhan kebutuhan hidup masih bisa dilakukan per lima hari. Demikian pun dengan para pedagang. Mereka bisa berjualan per lima hari di lokasi tertentu, sementara di hari pasaran lain ia bisa mencari lokasi berjualan di pasar lain sesuai hari pasarannya masing-masing.

Melihat hal itu maka kesadaran akan waktu dan ruang dalam masyarakat Jawa menjadi demikian penting. Penghargaan akan keduanya menjadi suatu keniscayaan. Semua ada saatnya, semua ada ruangnya.

Ke Yogya yuk ..!